Rabu, 04 Juli 2012

ANKILOSTOMIASIS (PENYAKIT CACING TAMBANG)

Pendahuluan

Cacing ini dikenal sejak Zaman Mesir Kuno dan mengenai penyakitnya telah ditulis di Italia, Arab, dan Brazilia, jauh sebelum cacing tambang, Ancylstoma duodenale ditemukan oleh Dubini pada tahun 1838. Penyakit yang ditimbulkannya dinamakan ankilostomiasis, penyakit  ini merupakan penyakit cacing yang paling lama.
Nama lain : nekatoriasis, unseriasis.
Cacing tambang pada manusia dikenal 2 jenis yang tersering, yakni sebagai berikut:
1.    Ancylostoma duodenale yang disebut jenis dunia lama
2.    Necator Americanus yang dikenal sebagai jenis dunia baru. Jenis penyakit yang kedua inilah yang dibawa dari Afrika.

Etiologi

    Necator americanus  Tersering
    Anchylostoma Duodenale
    Anchylostoma Braziliensis
    Anchylostoma Caninum          Jarang
    Anchylostoma Malayanum

Epidemiologi

Telur cacing ini untuk pertumbuhannya memerlukan temperature terendah sekitar 18°C dan tanah yang lembab. Dengan demikia suatu kenyataan bahwa daerah-daerah panas merupakan tempat penyebarannya.
Penyebaran disebabkan oleh factor-faktor berikut.
1.    Pembuangan kotoran orang-orang yang terinfeksi di tempat-tempat yang dilewati orang lain
2.    Tanah atau pasir tempat pembuangan kotoran yang merupakan medium baik bagi larva
3.    Suhu panas dan lembab
4.    Populasi yang miskin dengan orang-orang tanpa sepatu.
Di Cina perpindahan terjadi karena pemakaian pupuk dari kotoran manusia. Di Indonesia  ankilostomasis banyak terjangkit oleh karyawan perkebunan karet. Orang negro lebih resisten dari orang kulit putih terhadap Necator americanus.

Patologi dan simptomatologi

Larva yang menembus kulit menyebabkan rasa gatal. Apabila sejumlah larva menembus paru-paru, bagi orang-orang yang peka maka suatu waktu dapat menyebabkan bronchitis atau pneumonitis.
Penyakit cacing tambang sebenarnya merupakan suatu infeksi kronis. Orang-orang yang terinfeksi kadang-kadang tidak melibatkan symptom akut, karena serangan cacing dewasa dapat menyebabkan anemia yang disebabkan kehilangan darah secara terus-menerus. Satu ekor cacing dapat menghisap darah setiap hari 0,1 – 1,4 cm³, berarti penderita yang mengandung 500 ekor cacing akan kehilangan darah 50 – 500 cm³ setiap harinya.

Cacing dewasa
•    Sifatnya mengisap darah,dan suka berpindah2,serta luka bekas isapannya terus mengeluarkan darah.
•    OK. cacing ini mengeluarkan sejenis anticoagulansia pada mukosa usus tempat mulutnya melekat,maka akan menimbulkan Anaemia Hypochrom Micrositer
•    Hb nya bisa turun sampai 2 gram%,dan RBC lebih < dari kurang normal.
•    Keluhannya pasien merasa lemah, masih bisa bekerja, lesu, jantung berdebar–debar.
•    Anaemi terjadi oleh karena :
    Defesiensi Fe,darah yg diisap,rata2 0,03ml darah/hari/ekor.
    Berat ringannya anaemi,tergantung pada jumlah, jenis species cacing, serta gizi, umur dan daya tahan pasien,serta reinfeksi.
    Ringan  jumlah cacing  <100, Sedang  100 – 500, Berat  >500

Gejala Klinis

1.    Penetrasi kulit
a.    Satu atau dua hari setelah larva menembus kulit terjadi eritema dan gatal (ground itch atau dew itch) dengan bintik-bintik merah. Dalam 10 hari keadaan ini hilang.
b.    Gambaran yang kedua terjadi urtikaria segera larva berada di atas kulit. Kondisi ini terjadi dalam beberapa jam, setelah itu bintik merah hilang.

2.    Pasase paru-paru
Pasase paru-paru dapat menimbulkan bronchitis atau pneumonitis, tergantung pada kepekaan individu.

3.    Stadium dewasa dalam usus
Adanya cacing dewasa dalam usus dapat menyebabkan sakit perut, muntah, kembung, sering flatus, diare dan malaise umum yang muncul pada beberapa pasien 8 – 30 hari setelah infeksi.
Symptom utama adalah pallor kulit (kulit pucat), muka pucat, kadang-kadang  terdapat udema pada tungkai bawah. Para penderita kebanyakan kulitnya berwarna kuning.
Ancylostoma duodenale menyebabkan anemia yang lebih cepat daripada Necator americanus. Patogenitas Ancylostoma brazillensis lebih sederhana. Menurut penelitian, anemia biasanya muncul 10-20 minggu setelah infeksi dan kemudian perlahan-lahan terus menaik.

4.    Bila larva filariform tertelan  Akan meinmbulkan “Wakana disease”.  
Pencegahan
Pencegahan infeksi cacing tambang dapat dihindarkan dengan cara sebagai berikut.
1.    Pembuangan tinja pada jamban-jamban yang memenuhi syarat kesehatan
2.    Memakai sepatu untuk menghindari masuknya larva melalui kulit
3.    Mengobati orang-orang yang mengandung parasit.

Pengobatan masal dapat dilakukan bila frekuensinya melebihi 50 persen, jumlah cacing rata-rata melebihi 150 ekor dan bila fasilitas untuk memeriksa seluruh penduduk setempat tidak ada. Di pedesaan, bila system pengaliran air selokan tidak baik untuk  sanitasi, defekasi di sembarang tempat dapat dihindari dengan pembuatan lubang-lubang kakus.

Komplikasi    Dermatitis berat
    Anemia berat

DiagnosisDiagnosis ankilostomiasis didasarkan pada hasil analisis klinis dan data laboratories. Faktor yang menentukan adalah ditemukannya telur cacing ini dalam tinja. Haruslah diingat bahwa telur ini sangat menyerupai telur Trichostrongylus. Perbedaannya adalah telur Trichostrongylus terdapat 16-30 blastomer.

TerapiTerapi terhadap ankilostomiasis tanpa anemia dapat dilakukan dengan pemberian anthelmenthik seperti berikut.
1.    Alcopar ®(Bepheniumhydroxynaphthaloat)
2.    Jonit ®( (Pheylen -1, 4-diisothiocyanat)
3.    Minzolum®( (Thiabendazol)
Preparat yang banyak beredar di Indonesia ialah pahnitin pamoat pyrantel pamsat dan mebendazol. Dalam beberapa untuk anemia, seperti anemia yang kurang dari 40 persen peril dilakukan terapi patogenik telebih dahulu sebelum pemberian obat cacing. Terapi patogenik dapat dilakukan dengan pemberian preparat besi.

PrognosisDengan pengobatan yang adekuat walaupun sudah terjadi komplikasi, prognosis baik.

2 komentar:

  1. Catatan yang sungguh bermanfaat Dok. Terima kasih sudah share ilmunya. Sekadar saran, untuk catatan ini alangkah baiknya ji ka cakupan nya lebih detail dan dicantumkan referensi valid nya.

    BalasHapus
  2. Sangat bermanfaat buat saya, yg kebetulan sedang mengalami infeksi cacing tambang

    BalasHapus