Jumat, 29 Juni 2012

Limfogranuloma Venereum

Pada pemeriksaan klinis didapatkan:
§ kelenjar inguinal membesar, nyeri, dan teraba padat, kemudian berkembang menjadi peradangan sekitar kelenjar atau perilimfadenitis.
§ perlekatan antar kelenjar sehingga terbentuk paket, juga perlekatan kelenjar dengan kulit di atasnya, kulit tampak merah kebiruan, panas, dan nyeri.
§ perlunakan kelenjar yang tidak serentak ditandai dengan fluktuasi pada 75% kasus, dan terbentuk abses multipel.
§ abses pecah menjadi sinus dan fistel multipel pada 1/3 kasus, sedangkan yang lain mengalami involusi secara perlahan dan membentuk massa padat kenyal di daerah inguinal.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pewarnaan pus bubo dengan Giemsa untuk menemukan badan inklusi Chlamydia yang khas.
2. Tes Frei, yang berdasarkan pada reaksi lambat intradermal yang spesifik terhadap Chlamy¬dia sehingga dapat memberi positif semu pada infeksi Chlamydia jenis lain.
3. Tes serologi, terdiri atas complement fixation test, radioisotop precipitation, dan mi¬cro immunofluorescent typing.
4. Kultur jaringan untuk konfirmasi diagnosis, bahan pemeriksaan, dari aspirasi pus bubo yang belum pecah.
Pemeriksaan darah tepi
Pada gambaran darah tepi biasanya leukosit normal, sedangkan LED meninggi. Peninggian ini menunjukkan keaktifan penyakit, jadi tak khas untuk LGV, lebih berarti untuk menilai penyembuhan, jika menyembuh LED akan menurun. Sering terjadi hiperproteinemia berupa peninggian globulin, sedangkan albumin normal atau menurun, sehingga perbandingan albumin-globulin menjadi terbalik. Imunoglobulin yang meninggi ialah IgA dan tetap meninggi selama penyakit masih aktif, sehingga bersama-sama dengan LED menunjukkan keaktifan penyakit (Djuanda, 2001).


Tes Frei
Antigen Frei didapat dari penderita LGV yang belum perforasi dengan melakukan pungsi dari abses yang telah masak. Usahakan agar pus tidak tercampur darah (krem kekuningan). Setelah diencerkan 5 kali dengan larutan PZ kemudian dilakukan pasteurisasi. Sebanyak 0,1 ml antigen Frei disuntikkan intradermal sehingga terjadi benjolan kulit sebesar ± 10 mm di daerah volar lengan bawah dan pada lengan yang lain disuntikkan 0,1 ml PZ steril sebagai kontrol. Pembacaan dilakukan setelah 48-72 jam.
Tes Frei dikatakan positif bila teraba indurasi kemerahan selebar 5 mm atau lebih. Kadang-kadang indurasinya kecil untuk hal ini dapat dibuat ketentuan bahwa bila terdapat eritema selebar 10 mm atau lebih maka dapat dikatakan positif (Prakken cit Mulyono, 1986). Menghilangnya indurasi terjadi setelah 4-5 hari atau dapat bertahan 2-3 minggu. Buboadenitis yang timbulnya 10 hari atau lebih memberikan hasil positif. Bila ternyata negative, dilakukan tes ulangan selang waktu 3-5 hari. Dikatakan bahwa tes Frei akan positif pada saat buboadenitis LGV sudah lebih dari 2 minggu (Moschella dkk cit Mulyono, 1986) atau 5-8 minggu setelah senggama tersangka (Prakken cit Mulyono, 1986) atau 12-14 hari setelah lesi primer muncul (Schachter dan Abraham chit Mulyono, 1986). Perlu diingat bahwa pada orang yang pernah menderita LGV juga memberikan tes Frei positif. Selain itu tes ini kurang spesifik karena akan memberikan reaksi yang paling kuat. Juga tes yang negative tidak berarti menyingkirkan diagnosis LGV, perlu diulangi dengan selang waktu 3-5 hari (Mulyono, 1986).

Tes fiksasi komplemen
Tes tersebut lebih peka dan lebih dapat dipercaya dari pada tes Frei dan lebih cepat menjadi positif yakni setelah sebulan. Tes ini juga memberi reaksi silang dengan penyakit yang segolongan (Djuanda, 2001). Tes ini menggunakan EAE antigen dengan titer mencapai 1/16 atau lebih sampai 1/2048. Titer kurang dari 1/16 dianggap negative, sedangkan titer 1/64 atau lebih dianggap diagnostik untuk LGV (Schachter dan Abraham cit Mulyono, 1986). Setelah LGV sembuh maka titer akan turun seperti halnya pada VDRL, tetapi pada kasus-kasus LGV yang kronik titer masih tetap tinggi (Mulyono, 1986).

Tes presipitasi radioisotop
Tes ini sangat sensitive dan spesifik. Titer dapat mencapai 1/2048. Belum ada di Indonesia (Mulyono, 1986).

Tes jenis mikroimunofluoresensi
Juga sangat sensitif dan spesifik dengan titer cukup tinggi. Dapat menentukan 15 galur imunotipe termasuk L1-L2-L3 untuk LGV (Mulyono, 1986).

Tes dengan biakan
Sedikit pus bubo dibiakkan dalam ‘yolk sac’ embrio ayam. Koloni yang terjadi diambil untuk preparat Giemsa. Perbenihan ‘irradecated Mc coy cell’ digunakan untuk membedakan ‘subgroup A Chlamydia’ terhadap ‘subgroup B pittacosis’. Koloni sejenis virus tadi diambil dan diwarnai dengan PAS (Periodic Acid Schiff). Pada pemeriksaan dengan mikroskop tampak inklusi yang mengandung glikogen pada subgroup A Chlamydia (Mulyono, 1986).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar