SKENARIO
PAK
SAMIN PETANI YANG KEJANG KEJANG
Sangat malang nasib pak
Samin tukang kebun kampus kami oleh karena ia sedang dirawat di ICU RS Prima.
Ketika kami bertanya
kepada anaknya,kami dapat informasi bahwa Pak samin mengalami kejang-kejang sudah
3 hari dan kejang ini akan kumat bila ada suara berisik. Ia juga mengatakan pak
Samin,3 minggu yang lalu kakinya kena pacul dan diobati dengan ramuan kampung
untuk menghentikan perdarahan dan penyembuhan luka. Lukanya hanya 3 hari sudah
sembuh,akan tetapi ia kemudian kejang-kejang, sulit bernapas bahkan sulit makan
oleh karena mulutnya kaku,meskipun ia masih tetap sadar dan bias berbicara.
Selama di ICU ia sudah mengalami intubasi dan injeksi obat berulang ulang
melalui infuse.
Kasihan pak
Samin,dapatkah kita menegakkan diagnose penyakit Pak Samin dan saran
pengobatannya.
I.KLARIFIKASI
ISTILAH/KONSEP YANG KURANG DIKENAL
1.
Intubasi
Pemasangan
Tuba kedalam saluran tubuh atau organ berongga, misalnya kedalam trakea.(30
2.
Kejang-kejang (Spasme)
Kontraksi
otot secara mendadak, keras, dan involunter.(3)
3.
Mulut Kaku (Trismus)
Gangguan
motorik nervus trigeminus, terutama spasme otot pengunyah dengan kesulitan
dalam membuka mulut.(3)
4.
ICU (Intensive Care Unit)
Unit
perawatan intensif.(3)
5.
Injeksi
Tindakan
memaksa cairan kedalam bagian, misalnya kedalam jaringan Sub-kutan, percabangan
vascular atau organ.(3)
6.
Ramuan Kampung
Obat
yang diracik secara tradisional.(3)
II.
MENETAPKAN PERMASALAHAN
1.
Kejang-kejang sudah 3 hari dan akan
kumat bila ada suara berisik
2.
3 minggu yang lalu kakinya terkena pacul
dan diobati dengan ramuan kampung untuk menghentikan perdarahan dan penyembuhan
luka
3.
Sulit bernapas bahkan sulit makan oleh
karena mulutnya kaku
4.
Di ICU sudah mengalami intubasi dan
injeksi obat berulang-ulang melalui infus
III.
ANALISIS MASALAH
1.KEJANG
Ø Definisi
KEJANG
adalah Suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh lepas muatan
hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuron SSP.
Kejang
terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu populasi neuron
yang sangat mudah terpicu (focus kejang) sehingga mengganggu fungsi normal
otak. Namun kejang juga terjadi dari jaringan otak normal dibawah kondisi
patologik tertentu seperti perubahan keseimbangan asam-basa atau elektrolit.(5)
Ø Fisiologi
dan Patofisiologi
Tiap neuron yang aktif
melepaskan muatan listriknya. Fenomena elektrik ini adalah wajar. Manifestasi
biologiknya ialah merupakan gerak otot atau suatu modalitas sensorik,
tergantung dari neuron kortikal mana yang melepaskan muatan listriknya. Bilamana
neuron somatosensorik yang melepaskan muatannya, timbullah perasaan protopatik
atau propioseptif. Demikian pula akan timbul perasaan panca indera apabila
neuron daerah korteks pancaindera melepaskan muatan listriknya.
Secara fisiologis,
suatu kejang merupakan akibat dari serangan muatan listrik terhadap neuron yang
rentan di daerah fokus epileptogenik. Diketahui bahwa neuron-neuron ini sangat
peka dan untuk alasan yang belum jelas tetap berada dalam keadaan
terdepolarisasi. Neuron-neuron di sekitar fokus epileptogenik bersifat
GABA-nergik dan hiperpolarisasi, yang menghambat neuron epileptogenik. Pada
suatu saat ketika neuron-neuron epileptogenik melebihi pengaruh penghambat di
sekitarnya, menyebar ke struktur korteks sekitarnya dan kemudian ke subkortikal
dan struktur batang otak. Dalam keadaan fisiologik neuron melepaskan muatan
listriknya oleh karena potensial membrannya direndahkan oleh potensial
postsinaptik yang tiba pada dendrit. Pada keadaan patologik, gaya yang bersifat
mekanik atau toksik dapat menurunkan potensial membran neuron, sehingga neuron
melepaskan muatan listriknya dan terjadi kejang. itu sendiri, apabila
berlangsung singkat, jarang menimbulkan kerusakan tetapi kejang dapat merupakan
manifestasi dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan, misalnya: gangguan
metabolism, infeksi intrakranium, gejala putus obat, intoksikasi obat, atau
ensefalopati hipertensi.(5)
Ø KLASIFIKASI
KEJANG
1.
KEJANG PARSIAL
Kejang
parsial adalah kesadaran utuh walaupun mungkin berubah; focus disatu bagian
tetapi dapat menyebar kebagian lain.
a. Parsial
sederhana
·
Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal
unilateral); sensorik (merasakan,membaui, mendengar sesuatu yang abnormal);
autonomic (takikardia,bradikardia,takipnu, kemerahan,rasa tidak enak di
epigastrium); psikik (disfagia, gangguan daya ingat).
·
Biasanya berlangsung kurang dari 1
menit.
b. Parsial
kompleks
Dimulai sebagai kejang parsial
sederhana; berkembang menjadi perubahan kesadaran yang disertai oleh :
·
Gejala motorik, sensorik, otomatisme
(mengecap-ngecapkan bibir,mengunyah, menarik-narik baju.
·
Beberapa kejang parsial kompleks mungkin
berkembang menjadi kejang generalisata.
·
Biasanya berlangsung 1-3 menit(5)
2.
KEJANG GENERALISATA
Hilangnya
kesadaran; tidak ada awitan fokal; bilateral dan simetrik; tidak ada aura.
a. Tonik-klonik
Spasme tonik-klonik otot; inkontinensia
urin dan alvi; menggigit lidah; fase pascaiktus.
b. Absence
Sering salah didiagnosa sebagai melamun
·
Menatap kosong, kepala sedikit lunglai,
kelopak mata bergetar, atau berkedip secara cepat; tonus postural tidak hilang.
·
Berlangsung beberapa detik.
c. Mioklonik
Kontraksi mirip-syok mendadak yang
terbatas dibeberapa otot atau tungkai; cenderung singkat.
d. Atonik
Hilangnya secara mendadak tonus otot
disertai lenyapnya postur tubuh
e. Klonik
Gerakan menyentak,repetitive,tajam,dan
lambat.
f. Tonik
difleksi
lengan dan ekstensi tungkai.
·
Mata dan kepala mungkin berputar kesatu
sisi
·
Dapat menyebabkan henti napas(5)
Ø Penyakit-Penyakit
yang dapat Menimbulkan Kejang
·
Ensefalitis
Virus
yang dapat masuk ke tubuh pasien melalui kulit, saluran napas, dan saluran
cerna.
·
Meningitis
Bakterial
Suatu
peradangan pada selaput otak, ditandai dengan peningkatan jumlah sel
polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri
penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri
penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.
·
Meningitis
Tuberkulosis
Penyakit
ini dapat menyerang semua usia. Insidens tertinggi pada usia 6 bulan- 6 tahun.
Jarang ditemukan pada usia dibawah 6 bulan, hampir tidak pernah padaa usia
dibawah 3 bulan.
·
Tetanus
Penyakit
toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium
tetani
·
Epilepsi
Kejang
rekuren,spontan, dan tidak disebabkan oleh kelainan metabolisme yang terjadi
bertahun-tahun.
·
Kejang
Demam
Bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal lebih dari 38’C)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.(5)
Ø Indikasi Perawatan Kejang di ICU
Indikasi ICU (secara umum):
Pasien yang masuk di ICU adalah pasien yang
memerlukan:
1. Pengelolaan
fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat
dilakukan pengawasan yang konstan dan terapi titrasi.
2. Pemantauan
kontinyu terhadap pasien – pasien dalam keadaan kritis yang dapat mengakibatkan
terjadinya dekompensasi fisiologis.
3. Intervasi
medis segara oleh tim Intensive Care.
Indikasi perawatan
kejang di ICU:
1. Kejang
berlangsung lama: lebih dari 15 menit biasanya disertai apnea yang akhirnya
mengakibatkan koma.
2. Kejang
yang menyebabkan kerusakan sistem saraf yang hebat dan luas
(kerusakan sel – sel otak yang hebat dan luas )
Sebagai contoh:
Kejang epileptic
Jarang terjadi koma setelah kejang, tetapi kalaupun
terjadi biasanya berlangsung selama beberapa menit.
Beberapa jenis kejang:
1. Kejang
sederhana : kurang 15 menit
2. Kejang
demam kompleks : lebih dari 15
menit terjadi kenaikan suhu >38derajat celcius
Etiologi:
1. Tumor
otak
2. Trauma
3. Bekuan
darah pada otak
4. Meningitis
5. Ensefalitis
6. Gangguan
elektrolit
7. Gejala
putus alcohol dan obat gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik subkutan
dan anoksia serebral.
Sebagian kejang merupakan idiopati
( tidak diketahui etiologinya).
1. Intrakranial
Asfiksia : ensefalopati hipoksik – iskemik
Trauma (perdarahan ) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra
ventricular.
Infeksi : bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri
2. Ekstrakranial
Gangguan metabolik : hipoglikemia,
hipokalsemia, hipomagnesemia, gangguan elektrolit Na, K)
Toksik: Sindrom putus obat
Kelainan yang diturunkan: gangguan
metabolism asam amino
3. Idiopatik
Kejang neonatus
Beberapa jenis kejang:
1. Kejang
tonik
2. Kejang
klonik
3. Kejang
mioklonik
2.TETANUS
Ø Definisi
Gangguan neurologis
yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme yang disebabkan oleh
tetanospasmin, suatu toksin protein kuat yang bihasilkan oleh Clostridium
tetani.
Nama lain dari tetanus : lock jaw(rahang terkunci),
nuchal rigidity( kaku leher).(5)
Ø Etiologi
Clostridium tetani yang merupakan:
·
Basil gram positif, berbentuk batang
yang selalu bergerak.
·
Bakteri anaerob obligat yang
menghasilkan spora.
·
Menghasilkan efek-efek klinis melalui
eksotoksin yang kuat.(5)
Ø Epidemologi
Tetanus biasa terjadi setelah suatu trauma,
kantaminasi luka dengan tanah,debu,logam berkarat,tinja manusia & hewan.
Dapat mengenai Semua Umur:
- Bayi: Tetanus
Neonatorum
- Anak,Dewasa dan Orang
tua 50-57%
ClostridiumTetanus berbiak pada Luka yg Anaerob:
- luka tusuk dalam
(merupakan luka yang paling sering mengalami tetanus)
- luka
tabrakan,kecelakaan yg kotor
- infeksi dlm tubuh
(OMP,Tonsilitis,Abortus ), dll.(5)
Ø Pathogenesis
Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke dalam
tubuh melalui luka.
Clostridium menghasilkan 2 toksin:
v Toksin
tetanolisinàmampu
secara local merusak jaringan yang masih hidup yang mengelilingi sumber infeksi
dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan multifikasi bakteri, akan tetapi
reaksi radang non-spesifik.
v Toksin
tetanospasminà bersifat neurotoxic yang dapat mengakibatkan
kejang.
Ada 2 cara
tetanospasmin mencapai saraf:
1. Secara
local: diabsorbsi melalui mioneural junction pada ujung-ujung saraf perifer
atau motorik melalui axis silindrik ke corno anterior susunan saraf pusat dan
susunan saraf perifer.
2. Toksin
diabsorbsi melalui pembuluh limfe lalu kesirkulasi darah untuk seterusnya
susunann saraf pusat.
Toksin dalam darah sangat mudah dinetralisasi, tetapi
jika terdapat di saraf maka bersifat ireversibel.(5)
Ø Menifestasi
klinis
Masa inkubasi tetanus
umumnya antara 3-21 hari, namun dapat singkat hanya 1-2 hari, dan kadang-kadang
lebih dari 1 bulan.
Makin pendek masa
inkubasi makin jelek prognosanya.
Kejang timbul bisa oleh
karena: rangsang suara, cahaya,sentuhan dan spontan
1.
Tetanus generalisata.
-
Trias klinis: rigiditas, spasme otot,
disfungsi otonom.
-
Kesadaran tidak terpengaruh(
-
Kaku kuduk,nyeri tenggorokan, kesukitan
membuka mulut merupakan suatu gejala awal.
-
Trismus (lock jaw/ rahang terkunci)
-
Risus sardonikus (ekspresi menyeringai
okibat spasme otot-otot wajah)
-
Rigiditas otot leher
-
Opistotonus(bentuk hiperekstensi tubuh
yang hebat kepala dan tumit melungkung kebelakang)
-
Demam jarang
-
Gangguan respirasi
-
Spasme faringeal dan spasme laryngeal
-
Badai autonomic(jika tetanus telah
mencapai saraf otonom):
Gangguan kardiovaskular,gagal ginjal
dll.
2.
Tetanus neonatorum:
Terjadi pada anak-anak yang dilahirkan
dari ibu yang tidak di imunisasi secara adequate, terutama setelah perawatan
bekaspemotongan tali pusat yang tidak steril.biasanya terjadi dalam bentuk
generalisata.
-
Onset 2 minggu pertama kehidupan
-
Rigidities
-
Sulit menelan asi
-
Spasme
3.
Tetanus local:
-
Menifestasi klinisnya hanya terdapat di
sekitar lika.
4.
Tetanus sefalik:
Merupakan variasi dari tetanus local,
terjadi setelah trauma/ luka mengenai daerah kepala. Prognosa biasanya jelek.
-
Inkubasi 1-2 hari
-
Trismus
-
Disfagia
-
Paralisis otot ekstraokoler
-
Disfungsi saraf kranilal 1 atau lebih,
paling sering n.VII (bisa juga n.III,IV,IX,X, dan II).(5)
Derajat keparahan
tetanus:
Derajat I :
trismus ringan sampai sedang, spastisitas generalisata, tanpa gangguan
pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
Derajat II
: \trismus sedang, rigiditas yang
tampak jelas, spasme yang singkat sampai sedang, gangguan pernafasan sedang
dengan frekuensi pernafasa lebih dari 30,disfagia ringan.
Derajat III : trismus
berat, spastisitas generaisata, spasme reflex berkepanjangan, frekuensi
pernafasan lebih dari 40, serangan apnea, disfagia berat dan takikardialebih
dari 120
Derajat IV : derajat III
dengan gangguan otonomik berat melibatkan sistem kardiovaskular. hipertensi
berat dan takikardia terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardia,
salah satunya dapat menetap.(5)
3.MENINGITIS
TUBERKOLIS
Ø Definisi
Penyakit yang mengenai
selaput otak,penyakit ini dapat mengenai semua usia.(2)
Ø Patofisiologi
Tuberculosis
primer,kuman masuk kedalam sirkulasi darah melalui ductus torasikus dan
kelenjar limfe regional yang menimbulkan infeksi berat berupa tuberculosis
milier,salah satunya Meningitis Tuberkulosis.
Mula-mula
terbentuk tuberkel di otak,selaput otak atau medulla spinalis, akibat
penyebaran kuman secara hematogen selama infeksi primer atau selama perjalanan
teberkulosis kronik. Kemudian timbul meningitis akibat terlepasnya Basil dan
Antigennya dari Tuberkel yang pecah karena rangsangan mungkin berupa trauma
atau factor imunologis, kemudian kuman langsung masuk keruang Subaraknoid atau
ventrikel. Hal ini mungkin terjadi segera sesuda dibentuknya lesi atau setelah
periode laten beberapa bulan atau tahun.(2)
Ø Manifestasi
Klinik
Tuberculosis dibagi
menjadi 3 stadium :
1.
Stadium
pertama (Prodromal) dengan gejala demam,sakit
perut,nausea,muntah,apatis atau iritabel, tetapi kelainan neurologis belum ada
2.
Stadium
kedua (Transisi) pasien menjadi tidaj
sadar,spoor,terdapat kelainan neurologis/paresis,terdapat rangsang
meningeal,reflex abdomen menghilang,timbul klonus pergelangan kaki dan patella.
Sraf otak yang biasa terkena adalah Nervus ke III,IV,VI dan VII.
3.
Stadium
ketiga Pasien dalam keadaan koma,pupil tidak bereaksi
kadang-kadang timbul spasme kronik pada extremitas,pernapasan tidak
teratur,demam tinggi,dapat terjadi Hydrosepalus.(2)
4.ENSEFALITIS
Ø DEFENISI
Encephalitis
adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing,
protozoa, jamur, ricketsia atau virus atau infeksi yang mengenai CNS yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen.(4)
Ø
ETIOLOGI
§ Mikroorganisme : bakteri, protozoa,
cacing, jamur, spirokaeta dan virus.
Macam-macam
Encephalitis virus menurut Robin :
1. Infeksi virus yang bersifat epidemik :
a.
Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie,
virus ECHO.
b.
Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis,
St.louis encephalitis, Eastern equire encephalitis, Japanese B.encephalitis, Murray valley
encephalitis.
2.
Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes
simplek, herpes zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan
jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3.
Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca
varisela, pasca rubella, pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan
jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
§ Reaksin
toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.
§ Keracunan : arsenik, CO.(4)
Ø TANDA
DAN GEJALA
Demam, sakit kepala dan
biasanya pada bayi disertai jeritan, pusing, muntah, nyeri tenggorokan,
malaise, nyeri ekstrimitas, pucat, halusinasi, kaku kuduk, kejang, gelisah, iritable
dan adanya gangguan kesadaran.
ENSEFALITIS
SUPURATIF AKUT
Ø ETIOLOGI
Bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus aureus, streptokok,
E. coli, M. tuberculosa dan T.Palidum.
Tiga bakteri yang pertama merupakan penyebab ensefalitis bacterial akut yang
menimbulkan pernanahan pada korteks serebri sehingga terbentuk abses serebri.
Ensefalitis bacterial supuratif akut.(4)
Ø PATOGENESIS
Pada ensefalitis supuratif akut, peradangan dapat berasal
dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasis, empiema, osteomielitis
tengkorak, fraktur terbuka, trauma tembus otak atau penjalaran langsung kedalam
otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis.
Akibat proses ensefalitis supuratif akut ini akan
terbentuk abses serebri yang biasanya terjadi di substansia alba karena
perdarahan disini kurang intensif dibandingkankan dengan substansia grisea. Reaksi
dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema dan kongesti yang
disusul dengan perlunakan dan pembentukkan nanah. Fibroblast sekitar pembuluh
darah bereaksi dengan proliferasi. Astrolgia ikut juga dan membentuk kapsul.
Bila kapsul pecah, nanah masuk ke ventrikel dan menimbulkan kematian.(4)
Ø MANIFESTASI KLINIS
Secara umum, gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri
dari demam, kejang, dan kesadaran menurun. Pada ensefalitis supuratif akut yang
berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala sesuai dengan proses
patologik yang terjadi di otak. Gejala-gejala tersebut tersebut ialah
gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu
: nyeri kepala yang kronik progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang,
kesadaran menurun.(4)
ENSEFALITIS SIFILIS
Ø PATOGENESIS
Pada sifilis, yang disebabkan kuman Treponema pallidum, infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya
sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka,
kuman tiba di sistem limfatik. Melalui kelenjar limfe, kuman diserap darah
sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga
menginvasi susunan saraf pusat. Treponema
pallidum akan tersebar di seluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain
susunan saraf pusat.(4)
Ø MANIFESTASI KLINIS
Terdiri dari dua bagian yaitu gejala-gejala neurologis
dan gejala-gejala mental. Gejala neurologis itu diantaranya adalah
kejang-kejang yang dating dalam serangan-serangan, afasia, apraksia,
hemianopsia, kesadaran mungkin menurun, sering dijumpai pupil Argyl-Robertson. Nervus optikus dapat
mengalami artrofi. Pada stadium akhir timbul gangguan-gangguan motorik yang
progresif.
Gejala-gejala mental yang dijumpai ialah timbulnya proses
demensia yang progresif. Intelegensi mundur perlahan-lahan yang pada awalnya
tampak pada kurang efektifnya kerja, daya konsentrasi mundur, daya ingat
berkurang, daya pengkajian terganggu, pasien kemudian acuh-tak acuh terhadap
pakaian dan penampilannya, tak acuh terhadap uang.(4)
IV.
KESIMPULAN SEMENTARA
·
Adanya infeksi yang disebabkan luka
sehingga mengakibatkan kekakuan pada mulut dan sulit bernafas.
·
Kejang-kejang yang diakibatkan oleh
karena terjadi gangguan neurologis.
·
Penanganan yang kurang tepat terhadap
luka infeksi
Anamnesis
Nama :
Samin
Umur :-
Jenis kelamin :
LK
Pekerjaan :
Tukang Kebun
Alamat :
-
Keluhan
utama :
Kejang-lejang sudah 3 hari dan akan kumat bila ada suara berisisk
Keluhan
Tambahan : Sulit bernapas, Sulit makan
Riwayat sosial : -
Riwayat penyakit
keluarga : -
Pengobatan sebelumnya : Pengobatan tradisional
Pemeriksaan
Fisik
Inspeksi :
Terlihat kejang-kejang, mulut kaku
Palpasi :
-
Perkusi :
-
Auskultasi :
-
Diagnosa
Banding
1.
Tetanus
2.
Meningitis TB
3.
Enselplitisi
Diagnosa
Tetanus
Diagnose tetanus
ditegakan berdasarkan:
a.
Riwayat
adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasi
b.
Gejala
klinis
c.
Penderita
biasanya belum mendapatkan riwayat imunisasi.
Pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam
diagnose.
Penatalaksanaan
A. Umum
1) Merawat dan membersihkan
luka sebaik-baiknya.
2) Diet cukup kalori dan
protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila
ada trismus, makanan dapat diberikan per sonde atau parenteral.
3) Isolasi untuk
menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap pasien.
4) Oksigen, pernafasan
buatan dan trakeotomi bila perlu.
5) Mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit.(1)
B. Obat-obatan
1) Anti Toksin
Tetanus
Imun Globulin (TIG) lebih dianjurkan. pemakaiannya dibandingkan dengan anti
tetanus serum (ATS) dari hewan.
Dosis
Inisial TIG yang dianjurkan adalah 5000 U intramuskular yang dilanjutkan dengan
dosis harian 500-6000 U. Bila pemberian TIG tidak memungkinkan, ATS dapat
diberikan dengan dosis 5000 U intramuskular dan 5000 U intravena. Pemberian
baru dilaksanakan setelah dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.(1)
2) Anti Kejang
Beberapa
obat yang dapat digunakan serta efek samping obat yang dimaksud tercantum pada
tabel I berikut ini. (1)
Tabel I
Jenis Obat Anti
Kejang, Dosis, Efek Sampingnya,
Yang Lazim
Digunakan pada Tetanus
Jenis Obat
|
Dosis
|
Efek Samping
|
Diazepam
|
0,5-01
mg/kg/BB/ 4 jam IM
|
Sopor, koma
|
Meprobamat
|
300-400 mg/4 jam
IM
|
Tidak ada
|
Klorpomazin
|
25-75 mg/4 jam IM
|
Depresi
|
Fenobartbital
|
50-100 mg/4 jam
IM
|
Depresi
pernafasan
|
3) Antibiotik
Pemberian
penisilin prokain 1,2 Juta Unit/hari atau tetrasiklin 1 gr/hari, secara intra vena,
dapat memusnahkan C. tetani tetapi tidak mempengaruhi proses neurologisnya.(1)
Komplikasi
Komplikasi-komplikasi
tetanus
|
|
Sistem
|
Komplikasi
|
Jalan nafas
|
-Aspirasi
-Laringospasme/
obstruksi
-Obstruksi
yang berkaitan dengan sedative
|
Respirasi
|
-Apnea
-Hipoksia
-Gagal nafas
tipe 1(atelektasis, aspirasi, pneumonia)
-Gagal nafas
tipe 2 (spasme laryngeal, spasme trunkal berkepanjangan, sedasi berlebiha).
-ARDS
-Komplikasi
bantuan ventilasi berkepanjangan (seperti pneumonia)
-komplikasi
trakeostomi(seperti stenosis trachea)
|
Kardiovaskular
|
-Takikardia
-Hipertensi
-Iskemia
-Hipotensi
-Bradikardia
-gagal jantung
-dll
|
Ginjal
|
-Gagal ginjal
curah tinggi
-Gagal ginjal
oliguria
-Stasis urin
dan infeksi
|
Gastrointestinal
|
-Stasis gaster
-Ileus
-Diare
-Perdarahan
|
Lain-lain
|
-Penurunan
berat badan
-Tromboembolus
-Sepsis
-Fraktur
vertebra selama spasme
-Rupture
tendon akibat spasme
-Laserasi
lidah akibat kejang
-Dekubitus
-Panas tinggi
karna terjadi infeksi skunder atau toksin menyebar luas sampai pada pusat
pengaturan suhu.
|
PENCEGAHAN
Mencegah luka & merawat luka – adekuat
Ø Pemberian
ATS 1500 U i.m (skin Test) bbp jam
setelah luka ---- kekebalan pasip
Ø Pemberian
Toksoid dan TIG
-Luka kecil & bersih …… Td (+), TIG (–)
-Luka kotor dan luas ….. Td (+), TIG (+)
(Td =utk umur > 7 thn,TDP= utk anak bayi)
---- kekebalan aktip.
Ø Anak
mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan
Ø Ibu
hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X.(5)
V.
TUJUAN BELAJAR
1.
Penyebab dan penyakit yang menyebabkan
kejang-kejang.
2.
Tetanus (definisi,etiologi,manifestasi
klinik,penatalaksanaan,komplikasi,pencegahan)
3.
Penatalaksanaan kejang di ICU
4.
Indikasi perawatan kejang di ICU
5.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan
pengobatan Tradisional.
VI.
BELAJAR MANDIRI
Sumber
:
1.
Text Book
2.
Internet
3.
Kamus
VII.
KESIMPULAN AKHIR
Pak
samin menderita tetanus generalisata derajat 3 yang mungkin disebabkan oleh
pengobatan luka yang tidak adequate.
Prognosa
Prognosa dipengaruhi
oleh beberapa factor:
1.
Masa inkubasià semakin panjang waktu inkubasi maka penyakit
semaki ringan begitu pula sebaliknya mapin pendek masa inkubasi maka semakin
berat penyakitnya.
2.
Umur
3.
Periode of onsetà kurang dari 48 jam prognosa jelek
4.
Panas
5.
Pengobatan à pengobatan yang terlambat prognosa
jelek
6.
Ada tidaknya komplikasi
7.
Frekuensi kejang.
8.
Penerapan metode untuk monitoring dan
oksigenasi suportif memperbaiki prognosa tetanus.(5)
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahan
kuliah dr.Mazhir,Sp.PD
2. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,”Kapita Selekta Kedokteran”edisi 2,Media
Aeculapius,2000.
3. Kamus
Dorland
4. Perhimpunan
Ahli Penyakit Dalam Indonesia,”Buku Ajar Imu Penyakit Dalam”,Jilid 1.1996.
5. Perhimpunan
Ahli Penyakit Dalam Indonesia,”Buku Ajar Imu Penyakit Dalam”,Jilid 3.2006.
6. Widoyono,
“Penyakit Tropis Epidemologi, Penularan, Pencegahan, Pemberantasan”.Erlangga,
Jakarta, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar